TEGURAN KERAS UNTUK KAPOLRI DAN MENTERI AGAMA TERKAIT INTOLERANSI BERAGAMA

label

Mari bergabung bersama kami para jurnalis/wartawan untuk dapat mengembangkan skill dan pengalaman dalam menulis, silahkan hubungi team kami atau redaksi kami | Mari bergabung bersama kami para jurnalis/wartawan untuk dapat mengembangkan skill dan pengalaman dalam menulis, silahkan hubungi team kami atau redaksi kami | Mari bergabung bersama kami para jurnalis/wartawan untuk dapat mengembangkan skill dan pengalaman dalam menulis, silahkan hubungi team kami atau redaksi kami |
Mari bergabung bersama kami para jurnalis/wartawan untuk dapat mengembangkan skill dan pengalaman dalam menulis, silahkan hubungi team kami atau redaksi kami | Mari bergabung bersama kami para jurnalis/wartawan untuk dapat mengembangkan skill dan pengalaman dalam menulis, silahkan hubungi team kami atau redaksi kami | Mari bergabung bersama kami para jurnalis/wartawan untuk dapat mengembangkan skill dan pengalaman dalam menulis, silahkan hubungi team kami atau redaksi kami |

iklan

iklan

TEGURAN KERAS UNTUK KAPOLRI DAN MENTERI AGAMA TERKAIT INTOLERANSI BERAGAMA

Minggu

Sumber foto: www.instagram.com/listyosigitprabowo


Misindo Global News – Bandung, 29 Juni 2025.
Indonesia kembali diguncang oleh insiden intoleransi yang memprihatinkan. Kejadian tersebut terjadi di Kecamatan Cidahu, Sukabumi, di mana sekelompok orang melakukan aksi kekerasan terhadap kegiatan retret liburan sekolah yang dilangsungkan di sebuah villa pribadi.

Salah satu peserta kegiatan, Ibu Rita Muljartono, menuturkan bahwa acara tersebut merupakan kegiatan bersifat internal, bukan ibadah gereja sebagaimana yang dituduhkan oleh massa. “Pesertanya sebagian besar adalah anak-anak, dan lokasi yang dipakai adalah villa pribadi, bukan gereja. Saat sesi permainan berlangsung, tiba-tiba datang segerombolan massa berteriak-teriak, menggedor pagar, merusak properti pribadi, dan melempar batu ke segala arah,” ujar Rita.
Ia juga menyayangkan tindakan anarkis tersebut. “Padahal perbedaan bukan untuk saling menyakiti, tetapi untuk saling menghargai dan menghormati,” tambahnya.

Dalam video yang kami terima, aparat yang seharusnya melindungi malah berjalan dengan santainya di tengah kerumunan massa yang melakukan pengrusakan tanpa melakukan tindakan apa pun. Keberadaan aparat yang pasif di tengah situasi genting itu menuai sorotan dan memperkuat kekecewaan masyarakat terhadap penegakan hukum yang tidak adil.


Kritik Keras Terhadap Pemerintah.


Dikutip dari Pelita Nusantara, Ketua Umum Persatuan Wartawan Nasrani (PEWARNA), Yusuf Mujiono, menyampaikan kritik keras terhadap pemerintah. Ia menyebut bahwa pemerintahan Presiden Prabowo dinilai gagal melindungi kebebasan beragama.

“Peristiwa ini menodai semangat toleransi di negeri ini. Padahal dalam Asta Cita Misi Indonesia Emas 2045, pada poin pertama dan kedelapan, jelas ditekankan pentingnya memperkuat Pancasila, demokrasi, hak asasi manusia, dan toleransi antarumat beragama. Lalu mengapa masih terus terjadi kekerasan terhadap kelompok Kristiani?” ujar Yusuf.


Seruan Dukungan untuk Kegiatan Keagamaan.


PEWARNA juga menyatakan dukungan moril kepada gereja, sekolah, dan organisasi Kristen agar tidak takut menyelenggarakan kegiatan ibadah dan retret, meskipun dilakukan di tempat-tempat non-permanen seperti rumah atau villa.
“Kalau umat lain bisa menggelar pengajian, yasinan, dan tahlilan di rumah, maka umat Kristiani pun memiliki hak yang sama untuk mengadakan doa, pendalaman iman, ataupun retret.” tegas Yusuf.


Pesan Tegas untuk Aparat dan Kementerian Agama.


Yusuf Mujiono mengingatkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo agar tidak abai terhadap hak seluruh warga negara. Ia menegaskan bahwa polisi harus hadir sebagai pengayom tanpa pandang bulu.

Kepada Menteri Agama Nasaruddin Umar, Yusuf menyerukan untuk tetap konsisten dalam menjalankan agenda moderasi beragama, dan tidak membiarkan kekerasan terus-menerus terjadi terhadap kelompok agama tertentu dalam menjalankan ibadah mereka.

“Pasal 29 UUD 1945 sudah sangat jelas menjamin kebebasan beragama dan beribadah bagi setiap warga negara. Jangan sampai peristiwa di Cidahu menjadi preseden buruk yang bisa menyulut reaksi dari umat lainnya di berbagai daerah,” pungkasnya.
(Bung Johan, Misindo Global News)



Berita Terdahulu


Berita Populer